Rabu, 29 Februari 2012

BAB II PEMBAHASAN RADIOLOGI A. Pengertian Radiologi Radiologi adalah ilmu kedokteran untuk melihat bagian rama tubuh manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian (scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI (magnetic resonance imaging). B. Macam-macam Radiologi C. Perencanaan Radiologi Dalam membangun dan merencanakan fasilitas ruangan penyinaran radiografi, harus memperhatikan hal-hal yang tertera dibawah ini. 1. Lokasi bagian radiologi ditempatkan disentral yang mudah dicapai dari poliklinik. 2. Besarnya ruangan harus sesuai dengan peralatan yang akan ditempatkan, seperti rumah sakit tipe A,B,C dan D. 3. Proteksi radiasi peralatan Roentgen dan dinding ruangan harus dapat dipertanggungjawabkan untuk menjamin keamanan pasien, radiographer, pegawai, dokter dan masyarakat umum. D. Dasar-Dasar Radiologi dan Penggunaan Radiologi 1. Alat-alat proteksi yang dipakai ahli radiologi, radiographer serta karyawan adalah sarung tangan berlapis timah hitam dan jubah/apron yang berlapis timah hitam setebal 0,5 mm Pb. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2 mm Pb. 2. Luas ruangan menurut Departemen Kesehatan harus 4x3x2,8m sehingga memudahkan memasukkan tempat tidur pasien, khusus untuk alat-alat kedokteran gigi lebih kecil dari ukuran yang diatas dengan catatan ukuran ruangan memudahkan pasien keluar dan masuk untuk melakukan foto ronsen. Dinding ruangan terbuat dari bata yang dipasang melintang (artinya 1 bata : jika dipasang memanjang dipakai 2 bata). Bata yang dipakai harus berkualitas baik ukuran 10x20 cm. Plesteran dengan campuran semen dan pasir tertentu, tebal minimal dengan bata adalah 25 cm. Bila memakai beton, tebal dinding beton minimal adalah 15 cm dinding yang dibuat harus ekivalen dengan 2 mm Pb. Bila ada jendela boleh ditempatkan 2 m diatas dinding atau kaca yang berlapis Pb. 3. Kamar gelap yang dipakai minimal 3x2x2,8 m dan juga dibuat bakbak pencucian film dengan porselen putih bagi yang menggunakan pencucian dengan cara manual. Harus ada air yang bersih dan mengalir, kipas angin/exhauster atau air-conditioner agar udara dalam kamar gelap selalu bersih dan cukup nyaman bagi petugas yang bekerja di dalamnya selama berjam-jam. Untuk masuk ke kamar gelap dapat dipakai sistem lorong yang melingkar tanpa pintu atau sistem dua pintu untuk menjamin supaya cahaya tidak masuk.Warna dinding kamar gelap tidak perlu hitam, sebaiknya dipakai warna cerah, kecuali lorong lingkar ke kamar gelap dicat hitam untuk mengabsorpsi cahaya sebanyak mungkin. 4. Ruang operator dan tempat pesawat sinar x sebaiknya dibuat terpisah atau bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb. 5. Pintu ruang pesawat sinar x harus diberi penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks dengan tebal tertentu yang ditambah lempengan Pb setebal 1 – 1,5 mm. 6. Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan r

rpp laju reaksi


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Mata Pelajaran            : Kimia
Satuan Pendidikan      : SMA/MAN
Kelas/ Semester           : XI/1
Waktu                         : 2x45 menit
Standar Kompetensi   : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor- faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari dan industri..
Kompetensi Dasar       : 3.1 mendeskripsikan laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor laju reaksi.
Indicator                     :
1.      Menganalisis faktor konsentrasi terhadap laju reaksi melalui percobaan.
2.      Menganalisis faktor suhu terhadap laju reaksi melalui percobaan.
3.      Menganalisis faktor luas permukaan terhadap laju reaksi melalui percobaan.
4.      Menganalisis faktor katalis terhadap laju reaksi melalui percobaan.
I.          TUJUAN PEMBELAJARAN
a.       Kognitif
Setelah pelajaran berakhir siswa diharapkan dapat :
·         Mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
·         Mengidentifikasi pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
·         Mengidentifikasi pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
·         Mengidentifikasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
b.      Apektif
·            Semangat, motivasi siswa dalam mempelajari materi hidrolisis garam.
·            Keseriusan dalam belajar.
·            Jujur pada diri sendiri.
c.       Psikomotor
·         Menggunakan pipet.
·         Mengukur larutan.
·         Membuat larutan.
·         Mereaksikan larutan.
·         Menggunakan thermometer.

d.      Pendidikan kecakapan hidup
·            Kecakapan diri : mensyukuri ciptaan allah akan segala ciptaanya.
·            Kesadaran diri : menggali dan mengolah informasi baik dari guru, teman, buku, maupun internet.
·            Kesadaran social : mampu bekerjasama dan berbagi informasi dengan teman sekelas
KKM                           : 70
No
Kompetensi Dasar
Kriteria Ketuntasan Minimal
Kompleksitas
Inteksitas
Sarana
KKM
4.4
Mendeskripsikan laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor laju reaksi.
68
68
68
68

II.                MATERI PEMBELAJARAN
Materi Prasyarat :
Laju Reaksi
Materi yang dikembangkan :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
a.     Luas permukaan
Luas permukaan sentuh memiliki peranan yang sangat penting dalam banyak reaksi, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil. Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi, sedangkan semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.
Kepingan yang lebih halus bereaksi lebih cepat, dan kepingan yang lebih kasar bereaksi lebih lambat. Mengapa demikian? Karena pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran yang selanjutnya kita sebut bidang sentuh, semakin cepat reaksi berlangsung. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu, semakin halus ukuran kepingan zat padat, semakin luas permukaannya.
Pengaruh luas permukaan ini banyak diterapkan dalam industri, yaitu dengan menghaluskan terlebih dahulu bahan yang berupa padatan sebelum direaksikan. Mengunyah makanan juga merupakan upaya dalam rangka memperluas permukaan, sehingga peruraian selanjutnya bisa berlangsung lebih cepat.
b.    Tekanan
Banyak reaksi yang melibatkan pereaksi dalam wujud gas. Kelajuan dari reaksi seperti itu juga dipengaruhi tekanan. Penambahan tekanan dengan memperkecil volume akan memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat memperbesar laju reaksi. Industri yang melibatkan gas, banyak yang dilangsungkan pada tekanan tinggi, misalnya pembuatan amonia yang menggunakan tekanan 400 atm.
c.     Konsentrasi pereaksi
Konsentrasi atau Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut. Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat dari pada molaritas yang tinggi.
Semakin besar konsentrasi, semakin cepat reaksi berlangsung. Contoh, reaksi magnesium dengan HCl, laju reaksi menjadi dua kali lebih cepat jika konsentrasi diperbesar dua kali.
d.    Suhu
Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada suatu reaksi yang berlangusng dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif, sehingga laju reaksi semakin kecil.
Laju reaksi dapat dipercepat atau diperlamabat dengan mengubah suhunnya. Reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinngi. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat dipelajari denagn mengamati reaksi natrium tiosulfat, (Na2S2O4) dengan larutan asam klorida (HCl). Reaksi ini menghasilkan endapan belerang yang berwarna kuning muda.
Na2S2O4(aq) + 2HCl(aq)           2NaCl(aq) + S(s) + SO2(g) + H2O (l)
Laju reaksinya dapat ditentukan dengan mengukur pembentukan endapan belerang.
e.     Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju treaksi, tetapi zat itu sendiri tidak mengalami perubahn yang kekal (tidak dikonsumsi atau tidak dihabiskan). Contohnya adalah aksi larutan besi (III) klorida (FeCl3) terhadap peruraian larutan hidrogen peroksida (H202). Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan gas oksigen menurut persamaan :
     2H2O2(aq)                     2H2O(l) + O2(g)
Pada suhu kamar, reaksi itu berlangsung sangat lambat, sehingga praktis tidak teramati. Namun, reaksi  akan berlangsung hebat jika larutan FeCl3 ditambahkan. Larutan FeCl3 (berwarna kuning jingga), mula-mula mengubah warna ampuran menjadi cokelat tetapi pada bakhir reaksi kembali berwarna kuning jingga. Hal ini menunjukan bahwa FeCl3 tidak dikonsumsi dalam reaksi tersebut.
Katalis dibedakan atas katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang sefase dengan zat yang dikatalisis. Xontohnya adalah lautan besi (III) klorida (FeCl3) pada reaksi peruraian hidrogen perokisda (H2O2). Sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang tidak sefase denagn zat padat, dan reaksi berlangsung pada permukaan katalis padat tersebut. Salah satu contohkatalis heterogen yaitu serbuk MnO2 pada peruraian kalium klorat (KClO3).
2KClO3(aq) → 2KCl(s)  + 3O2(g)
Banyak proses industri yang menggunakan katalis, sehingga prosesnya dapat berlangsung lebih cepat dan biaya produksinya dapat dikurangi
Contoh katalis yang digunakan dalam industri
Katalis
Penggunaan
Besi
Sintesis amonia dari nitrogen dan hidrogen (proses Haber)
V2O5
Industri asam sulpat (proses Kontak)
Nikel
Pembuatan margarin dari minyak kelapa
Platina
Industri asam nitrat (proses ostwald), mengubah katalitik pada knalpot kendaraan bermotor.

Salah satu proses industri yang menggunakan katalis adalah proses Haber. Proses Haber adalah sintesis amonia dari gas nitrogen dan hidrogen menurut reaksi:
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3 (g)            ∆H= -92 kJ
Reaksi ini berlangsung sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 5000C. Penambahan serbuk besi yang dicampur dengan berbagai oksida logam lain menjadikan reaksi ini berlangsung cukup ekonomis.
Ontoh laninnya, yaitu proses kontak yang merupakan proses industri pembuatan asam sulfat. Salah satu tahapan penting dalam proses itu adalah oksidasi SO2(g) + O2(g)→SO 3(g)                     ∆H=-198 kJ          
Sama halnya dengan sintesis amonia, reaksi oksidasi SO2 di atas juga berlangsung sangat banyak pada suhu rendah. Vanadium (V) oksida dapat membuat reaksi di atas berlangsung jauh lebih cepat.
Katalis juga sangat penting dalam sistem biologi. Reaksi-reaksi metabolisme dapat berlangsung pada suhu tubuh yang relatif rendah berkat adanya suatu biokatalis, yaitu enzim. Di luar tubuh (tanpa enzim), reaksi serupa, misalnya pembakaran glukosa, hanya dapat berlangsung pada suhu yang jauh lebih tinggi. Di dalam tubuh kita terdapat ribuan jenis enzim karena setiap enzim hanya dapat mengkatalisis satu raksi spesifik. Enzim yang mengkatalisis peruraian sukrosa tidak dapat mengkatalisis peruraian maltosa, dan sebaliknya.
Enzim dapat meningkatkan laju reaksi dengan faktor 103 hingga 106 (bandingkan dengan pengaruh suhu, kenaikan suhu 100C atau 200 umumnya hanya meningkatkan laju reaksi dengan faktor 2 hingga 10).
Salah satu kelemahan katalis yaitu katalis dapat ditacuni, sehingga menjadi tidak aktif. Sebagai contoh, pengubah katalitik yang dipasang pada knalpot kendaraan bermotor dapat diracuni oleh timah hitam (timbel).

III.             KEGIATAN PEMBELAJARAN
Model                    : Induktif
Metode                  : Praktikum
Pendekatan           : Keterampilan Proses

IV.             LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Tahapan Kegiatan
Langkah- langkah
Waktu
Kegiatan Awal
·         Mengucapkan salam
·         Mengabsen siswa
·         Menyampaikan tujuan pembelajaran
Apersepsi
·         Mengucapakan salam dan memberikan motivasi kepadasiswa dengan sedikit mengulas materi minggu lalu.
·         Menggali pengetahuan awal anak dengan cara bertanya yang berkaitan dengan materi laju reaksi.
10 menit
Kegiatan Inti
·         Membagi anak menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri 5 orang.
·         Membagikan LKS praktikum kepada tiap kelompok.
·         Menjelaskan prosedur praktikum.
·         Membiarkan siswa melakukan praktikum dengan mengawasinya.
70 menit
Kegiatan Akhir
·         Meminta setiap kelompok menyimpulkan hasil praktikum.
·         Menutup pelajaran dengan menguapkan salam.
10 menit

V.                MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN

Media Pembelajaran             :Lembar Kerja Siswa, alat dan bahan praktikum
Sumber Belajar                     : Buku paket SMA, Artikel
Purba, Michael. 2002. Kimia untuk SMA kelas X. Erlangga: Jakarta

Direktorat Jendral Manajemen pendidiksn dasar dan Menengah direktorat Pembinaan SMA. 2006. Silabus Mata Pelajaran Kimia. Departemen Pendidikan nasional. Jakarta

Sutresna,N. 2008. Cerdas Belajar Kimia untuk Kelas X. Grafindo Media Pratama: Bandung.
VI.             ALAT PENILAIAN
A.    Jenis Penilaian     : Keterampilan
B.     Alat Penilaian      : Tes tulis (Lembar Kerja Siswa), Aspek Psikomotor

PENILAIAN PSIKOMOTOR BENTUK SKALA
Praktikum Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi
No
Aspek yang dinilai
Skala
1
2
3
4
5
1.
Menggunakan pipet





2.
Menggunakan thermometer





3.
Merapikan alat





4.
Mereaksikan larutan






Keterangan :
15- 20              : sangat baik
10- 14              : baik
5- 13                : cukup
0-4                   : kurang

                                                                                                            Bandung, 21 September 2011
                                                                                                            Mengetahui :
Guru Bidang                                                                                       Kepala Sekolah


Iim Imas, S.Pd                                                                                    Burhanudin, S.Pd