Senin, 11 Juni 2012

makalah kefir

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia. Manusia membutuhkan makanan  sebagai asupan tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi dalam beraktifitas.
Di zaman modern seperti sekarang ini makanan tidak hanya sebagai asupan tubuh, melainkan sebagai life style (gaya hidup) untuk memenuhi hasrat dan kepuasan. Banyak ragam makanan yang dikonsumsi oleh manusia yang digunakan sebagai sumber energi atau pun sebagai pemenuh hasrat dan kepuasan. Dalam hal pemenuhan kepuasan makanan banyak sekali manusia yang tidak memperhatikan sumber makanan atau asal makanan sehingga dapat merugikan tubuhnya sendiri, sebagai contoh makanan yang mengandung zat kimia yang berbahaya bagi tubuh yaitu makanan dan  minuman yang mengandung alkohol. Makanan yang mengandung kadar alkohol yang tinggi bila dikonsumsi secara berlebihan akan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu makanan yang mengandung zat pewarna tekstil pun dapat merugikan tubuh karena pewarna tekstil tidak larut. Makanan – makanan ini banyak beredar diberbagai kalangan baik dalam bentuk makanan pokok , jajanan, dan minuman.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat semakin menyadari terhadapa bahayanya makanan yang megandung zat-zat aktif kimia. Maka dari itu, munculah inovasi – inovasi baru yang menghasilkan produk- produk makanan yang lebih ramah terhadap tubuh. Salah satu contonya adalah Kefir. Kefir ini merupakan minuman yang memanfaatkan bioteknologi modern yang menggunakan proses fermentasi.







B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana Proses  pembuatan kefir dari susu kacang merah?
2.      Bagaimana kualitas kefir dari fermentasi susu kacang merah?
3.      Apa kelebihan dari kefir dari bahan baku kacang merah?
4.       

C.     Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :
1.    Mengetahi bagaimana cara pembuatan kefir dari bahan baku kacang merah
2.    Mengetahui kualitas kefir melalui proses fermentasi susu dari kacang merah
3.    Mengetahui kelebihan kefir dari bahan baku kacang merah













TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian
Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dalam menggunakan organisme untuk menghasilkan produk dan jasa guna memenuhi kebutuhan manusia” (Istamar Syamsuri, dkk: 2007) Pendapat lain juga mengatakan bahwa bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakterifungivirus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzimalkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari padabiologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain. seperti biokimiakomputer, , dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
fermentasi itu sendiri adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpaoksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi adalah  sebagai respirasidalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Kefir merupakan produk susu yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus lactis, Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus bersama ragi dan menghasilkan asam dan alkohol. Pada tahap akhir proses dilakukan pematangan dalam kemasan tertutup agar terbentuk karbonat (Albaarri dan Murti, 2003). Kefir berasal dari Kaukasian sebelah utara atau sebelah Timur Laut Mongolia, dan telah diproduksi dalam skala rumah tangga secara tradisional. Bahan untuk pembuatan kefir biasanya
adalah susu sapi atau susu kambing. Kefir diproduksi di negaranegara di Rusia dan hanya sedikit diproduksi di negara-negara Eropa. Kefir mengandung 0.5 – 1,0 % alkohol dan 0,9 – 1,1 % asam laktat (Surono, 2004).
Nilai gizi kefir hampir sama dengan susu yang digunakan sebagai bahan kefir tetapi ada beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan susu segar. Kelebihan tersebut adalah asam yang terbentuk dapat memperpanjang masa simpan, mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen sehingga meningkatkan keamanan produk kefir (Anonim,1997). Selain itu meningkatkan ketersediaan vitamin dan mineral (B2, B12, asam folat, fosfor dan kalsium) yang baik untuk tubuh, mengandung asam amino esensial/tryptopan (Surono, 2004).
B.     Sejarah
Kefir mulanya telah dikonsumsi masyarakat pegunungan Kaukasus Utara, Rusia, dan telah dibuat masyarakat setempat selama lebih dari 1400 tahun lalu. Konon, biji kefir adalah semacam "pusaka" yang diwariskan turun-temurun. Istilah kefir berasal dari bahasa Turki, ke'if, yang artinya enak. Sampai kini, kefir menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena terbukti membuat mereka sehat, awet muda, dan panjang umur. Pada awal abad pertengahan, kefir telah menyebar dan dikonsumsi pada negara Eropa, Amerika, dan Jepang. Sejak 1908, kefir telah digunakan sebagai terapi pengobatan paru-paru di Eropa.
Pada awalnya kefir dibuat secara tidak sengaja, yaitu menempatkan susu yang telah ditambah bibit kefir pada kantong yang terbuat dari kulit domba. Kantong itu digantung di pintu rumah, sehingga setiap orang yang lalu lalang melewati pintu secara otomatis akan menyentuh kantong, sehingga bergoyang. Hal itu ternyata memberikan efek pengadukan terhadap susu, sehingga membantu kelancaran proses fermentasi oleh mikroba.
Selama puluhan tahun, rahasia pembuatan kefir hanya diketahui secara turun-temurun oleh penduduk asli Pegunungan Kaukasus. Baru pada tahun 1908, untuk pertama kalinya bibit kefir berhasil dibawa keluar dari Pegunungan Kaukasus menuju kota Moscow. Dari kota itulah khasiat dan teknologi pembuatan kefir menyebar ke seluruh dunia.
C.     Proses Fermentasi Kefir
Tahap awal proses fermentasi adalah membuat inokulum. Tujuannya adalah menyediakan inokulum yang berada dalam keadaan aktif, sehingga dapat mempersingkat fase adaptasi (lag fase) pada waktu fermentasi. Lama fase adaptasi dipengaruhi oleh volume inokulum dan kondisi fisiologisnya. Fase ini dapat dikurangi sampai serendah-rendahnya apabila komposisi inokulum yang digunakan sama dengan komposisi medium fermentasi (Rachman, 1989). Pada proses fermentasi kefir gula dipecah menjadi asam piruvat. Piruvat oleh khamir Candida kefir diubah menjadi Acetaldehida menjadi etanol, sedangkan oleh Lactobacillus bulgaricus diubah menjadi asam laktat, seperti pada Gambar 1. Bakteri dan jamur serta beberapa macam khamir mampu memecah gula (glukosa) menjadi karbondioksida dan air. Khamir juga merupakan pengubah aldehid menjadi alkohol yang paling efisien. Khamir Saccharomyces ellipsoideus adalah organisme yang penting dalam industri alkohol. Walaupun organisme lain juga mampu menghasilkan alkohol, tetapi alkohol yang dihasilkan masih tercampur dengan aldehid, asam dan ester sehingga pemisahannya menjadi sulit (Rahman et al., 1992).
            Gambar 1. Fermentasi Glukosa (Lee, 1996)
Lama fermentasi berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan awal yang terlihat apabila suatu selmikroorganisme diinokulasikan pada nutrien agar adalah pembesaran ukuran, volume dan berat sel. Sel-sel terus membelah secara eksponensial/ secara cepat. Selama kondisi memungkinkan, 12 pertumbuhan dan pembelahan sel berlangsung sampai sejumlah besar populasi sel terbentuk (Buckle et al., 1985) Waktu antara pembelahan sel berbeda-beda tergantung spesies bakteri dan kondisi lingkungannya. Tipe pertumbuhan yang cepat ini disebut juga pertumbuhan logaritmik karena apabilajumlah log sel digambarkan terhadap waktu akan menunjukkan garis lurus. Tetapi tipe pertumbuhan logaritmik ini tidak langsung terjadi pada saat sel dipindahkan pada nutrien agar dan tidak terjadi secara terus menerus. Pertumbuhan bakteri/mikroba dapat dilihat di gambar 2
 Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Mikroba (Fardiaz, 1988).

Lama fermentasi dan penambahan glukosa akan berpengaruh terhadap metabolit primer yang dihasilkan dalam proses fermentasi seperti asam laktat dan alkohol. Hal ini disebabkan semakin lama fermentasi, mikroba berkembang biak dan jumlahnya bertambah sehingga kemampuan untuk memecah substrat/glukosa yang ada menjadi asam laktat dan alkohol semakin besar. Pada saat substrat mulai habis (fase decay/menuju kematian), mikroba menghasilkan aktivitas antibakteri untuk mempertahankan kondisi fisiologis. Untuk memenuhi persyaratan mutu, kefir yang dihasilkan dibandingkan dengan persyaratan mutu yoghurt . SNI kefir belum ada, maka kefir disesuaikan dengan produk susu fermentasi lain yang hampir sama yaitu yoghurt. Standar Nasional Indonesia untuk yoghurt disajikan pada Tabel 2.
Proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor yang mempengaruhi fermentasi adalah :
1.      Substrat (Medium)
Substrat/medium fermentasi menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh mikroba untuk memperoleh energi, pertumbuhan, bahan pembentuk sel dan biosintesa produk-produk metabolisme. Bermacam-macam substrat dapat dipakai untuk melangsungkan fermentasi yaitu serealia, pati, laktosa, glukosa dan sukrosa sebagai sumber karbon, sedangkan asam amino, protein, nitrat, garam amonium, tepung kedelai dan sisa fermentasi sebagai sumber nitrogen. Selain untuk memenuhi pertumbuhan sel dan pembentukan produk fermentasi, medium yang digunakan akan berpengaruh terhadap pH (Rahman, 1989).
2.      Suhu
Suhu fermentasi menentukan jenis mikroba yang dominan selama fermentasi. Contohnya Lactobacillus bulgaricus yang termasuk dalam kelompok Bakteri Asam laktat, pada umumnya suhu pertumbuhan optimum 40o - 45oC, sedangkan khamir mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 20o - 30oC mempunyai pertumbuhan optimum fermentasi pada pembuatan sayur asin sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Jika konsentrasi asam yang diinginkan telah tercapai, maka suhu dapat dinaikkan untuk menghentikan fermentasi (Rahman, 1989).
3.      Asam
Makanan yang mengandung asam pada umumnya dapat bertahan lama. Beberapa hasil fermentasi terutama asam dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang beracun di dalam makanan misalnya Clostridium botulinum yang pada pH di bawah 4,6 tidak dapat tumbuh dan membentuk toksin. Tetapi jika oksigen cukup jumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka daya awet dari asam tersebut akan hilang. Pada keadaan ini mikroba proteolitik dan lipolitik dapat berkembang biak (Rahman, 1989). Contohnya adalah pada   proses fermentasi susu. Susu segar pada umumnya akan terkontaminasi dengan beberapa macam mikroba dan yang dominan mula-mula adalah Streptococcus lactis, sehingga dapat menghasilkan asam laktat. Tetapi pertumbuhan selanjutnya dari bakteri ini akan terhambat oleh keasaman yang dihasilkannya sendiri. Oleh karena itu bakteri tersebut akan menjadi inaktif sehingga kemudian akan tumbuh bakteri jenis Lactobacillus yang Iebih toleran terhadap asam daripada Streptococcus. Lactobacillus juga akan menghasilkan asam lebih banyak lagi sampai jumlah tertentu yang dapat menghambat pertumbuhannya, karena pada keasaman yang tinggi Lactobacillus akan mati, kemudian tumbuh khamir yang lebih tolern terleran terhadap asam
4.      Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi diatur untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba memerlukan oksigen yang jumlahnya berbedapertumbuhan atau membentuk sel-sel baru, dan untuk fermentasi.Misalnya ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) akan tumbuh lebih baik pada keadaan aerobik, tetapi akan melakukan fermentasi
terhadap gula jauh lebih cepat pada keadaan anaerobik (Winarno et al., 1980). Candida kefir merupakan salah satu khamir yang melakukan fermentasi secara anaerob, sedangkan Lactobacillusgaricus merupakan bakteri yang  bersifat fakultatif anaerob.
5.      Mikroba                                                                                          
Proses Fermentasi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan kultur murni. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi, tetapi menggunakan starter atau laru (Winarno et al., 1980). Mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi kefir antara lain bakteri Lactobacillus bulgaricus dan khamir Candida kefir.
a.       Bakteri Asam Laktat (BAL)
Bakteri asam laktat (BAL) dikelompokkan sebagai bakteri gram positif, bentuk kokus atau batang yang tidak berspora dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat. BAL terdiri dari empat genus yaitu Lactobacillus, Leuconostoc,Streptococcus dan Pediococcus . Lactobacillus delbrueckii ssp.bulgaricus atau biasa disebut BAL atau L. Bulgaricus. BAL merupakan bakteri yang sering digunakan sebagai starter kultur untuk susu fermentasi, berpotensi sebagai antikolesterol yang diduga karena adanya Eksopolisakarida/EPS (Malaka dan Laga, 2005). BAL mampu untuk bersaing dengan bakteri lain dalam proses fermentasi alami karena memiliki ketahanan terhadap pH yang tinggi sampai rendah. Bakteri ini juga dinyatakan sebagai bakteri asidurik atau asidofilik, karena memerlukan pH yang relatif rendah (sekitar 5,4 - 4.6) supaya tumbuh dengan baik., Lactobacillus bulgaricus memproduksi asetaldehida yang membentuk aroma pada yoghurt (Balows et al.,1991).     BAL dibagi menjadi dua kelompok yaitu bakteri homofermentatif dan bakteri heterofermentatif. Bakteri homofermentatif dengan produk utama adalah asam laktat melalui glikoslisis dan bakteri heterofermentatif memproduksi asam laktatdan sejumlah etanol, asam asetat, melalui jalur 6-
phosphoglukanat/phosphoketolase.Lactobacillus bulgaricus termasuk dalam kelompok bakteri asam laktat (BAL) homofermentatif dengan asam laktat sebagai produk utama fermentasi karbohidrat melalui fermentasi 1 mol glukosa menjadi 2 mol asam laktat sebagai berikut: C6 H 12O6 2CH3 CHOHCOOH Glukosa Asam laktat Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri gram positif, bentuk kokus atau batang yang tidak berspora. Suhu optimum pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus adalah 40°C - 45°C.
b.      Khamir
Khamir adalah organisme uniseluler yang bereproduksi secara aseksual dengan spora. Khamir mempunyai peran penting dalam industri pangan dengan memproduksi enzim yang membantu terjadinya reaksi kimia seperti pembentukan alkohol sebagai metabolit primer maupun senyawa antibakteri sebagai metabolit sekunder. Khamir juga mempunyai peran penting pada fermentasi produk dari susu, karena menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba lain seperti asam amino, vitamin, dan mengkondisikan pH. Pada proses fermentasi anaerob khamir memecah glukosa menjadi alkohol dan karbondioksida sebagai berikut:
C6H12O6                        C2H5OH + 2CO2
Glukosa alkohol karbondioksida Sebagian besar khamir memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Selain oksigen, substrat yang utama dari khamir adalah gula. Khamir menghasilkan etil alkohol dan karbondioksida dari gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa. Khamir pada umumnya toleran terhadap asam dan dapat tumbuh pada pH 4,0 –4,5, selain itu rentang suhu pertumbuhan khamir sangat luas yaitu dari 0oC – 50oC, dengan suhu optimum 20oC – 30oC (Rahman etal., 1992) Khamir pada kefir belum banyak dipelajari dibanding dengan bakteri pada kefir. Khamir yang terdapat pada kefir antara lain Candida kefir. Candida kefir dalam bentuk aseksual adalah Kluyveromyces marxianus yang digunakan untuk memproduksi enzim laktase, termasuk jenis khamir yang dapat memfermentasi laktosa (Farnworth, 2005).


c.       Kacang Mera
Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) termasuk dalam Famili Leguminoseae alias polong-polongan, satu keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai dan kacang tolo. Kacang merah merupakan salah satu jenis kacang yang sering digunakan dalam pembuatan makanan di Indonesia dan dunia. Kacang merah mudah didapatkan karena sudah ditanam di seluruh propinsi di Indonesia. Daerah sentra penghasil kacang merah adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bengkulu dan Nusa Tenggara Timur
(Rukmana, 1998).
 Kacang merah kering adalah sumber karbohidrat kompleks, serat, vitamin B (terutama asam folat dan vitamin B1), kalsium, fosfor, zat besi dan protein. (Afriansyah, 2007). Kacang merah merupakan sumber serat yang baik. Setiap 100 gram kacang merah kering menyediakan serat sekitar 24 gram, yang terdiri dari campuran serat larut dan tidak larut air. Serat larut dapat menurunkan konsentrasi kolesterol dan gula darah. Serat larut air difermentasi dalam usus besar menghasilkan asam lemak rantai pendek, yang dapat menghambat sintesis kolesterol hati (Afriansyah, 2007). Kacang merah juga merupakan salah satu jenis  kacang yang mengandung senyawa bioaktif polifenol dalam bentuk prosianidin
sekitar 7%-9% terutama pada kulitnya. Polifenol antara lain mempunyai aktivitas antibakteri yaitu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Pada Tabel 3 diperlihatkan komposisi gizi kacang merah (Anonim, 2007.A). Pemanfaatan kacang merah menjadi produk susu nabati atau susu nabati terfermentasi seperti halnya kedelai belum banyak dilakukan. Pembuatan susu kacang merah hampir sama dengan pembuatan susu yang berasal dari bahan baku kacang-kacangan lain
seperti susu kedelei dan susu kacang hijau (Widowati dan Misgiyarta,2007 ).

d.      Aktivitas Antibakteri
Antibakteri merupakan suatu zat atau komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau kapang (bakteristatik atau fungistatik) atau membunuh bakteri atau kapang (bakterisidal atau fungisidal) (Ardiansyah, 2007). Zat aktif yang terkandung dalam berbagai jenis ekstrak tumbuhan dapat menghambat beberapa mikroba patogen maupun perusak makanan seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Bacillus cereus. Senyawa antibakteri dalam pangan antara lain berasal dari tumbuhan maupun dari proses fermentasi. Antibakteri tumbuhan dapat berasal dari biji, buah, batang, daun dan umbi. Contoh bahan pangan yang mengandung antibakteri dengan kandungan komponen aktifnya adalah bawang putih, kunyit dan rempah-rempah. Senyawa antibakteri sebagai hasil proses fermentasi adalah asam organik, hidrogen peroksida, acetaldehyd, diacetyl, karbokdioksida dan alkohol sebagai metabolit primer. Asam organik yang dihasilkan antara lain asam laktat. Dengan adanya asam laktat menyebabkan penurunan pH sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli yang optimum pada pH 6 – 7 (Surono,2004).Senyawa antibakteri yang dihasilkan melalui proses fermentasi sebagai metabolit sekunder antara lain bacteriocin. Metabolitsekunder adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tetapi bukan merupakan kebutuhan pokok fisiologis dari mikroorganisme tersebut. Senyawa antibakteri bacteriocin dihasilkan pada fase decay atau pada fase stationer, yaitu pada saat subsrat mulai habis pada lama fermentasi tertentu. Pada saat substrat mulai habis, akan merangsang terbentuknya enzim-enzim yang berperan untuk pembentukkan metabolit sekunder. Penelitian lain yang dilakukan oleh Todorov dan Dicks (2007), menyebutkan bahwa aktivitas antibakteri berupa bacteriocin yang dihasilkan oleh Lactobacillus pentosus ST712BZ optimum setelah lama fermentasi 24 jam dengan media pertumbuhan yang ditambahkan 20-40 gram/liter glukosa. Salah satu kriteria pemilihan antibakteri untuk diaplikasikan dalam bahan pangan adalah keefektifan penghambatannya. Semakin kuat penghambatannya, semakin efektif digunakan (Ardiansyah, 2007) Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antibakteri antara lain disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Mengganggu pembentukan dinding sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen limfofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Efek penghambatan senyawa antibakteri lebih efektif terhadap bakteri gram positif daripada bakteri gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut.
2.      Bereaksi dengan membran sel
Mengganggu dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma sehingga mengakibatkan kebocoran materi intraseluler.
3.      Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan kerja enzim terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk aktivitasnya. Akibatnya energi untuk pertumbuhan menjadi berkurang, sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat dan inaktif apabila berlangsung lama.
4.      Menginaktivasi fungsi material genetik
Merusak materi genetik sehingga mengganggu proses pembelahan sel untuk pembiakan. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dalam produk makanan fermentasi antara lain dengan metode sumur agar dan metode difusi agar. Prinsip dari kedua metode tersebut adalah sama yaitu dengan melihat adanya zona bening di sekitar sumur atau cakram. Semakin besar diameter zona bening di sekitar sumur atau cakram menunjukkan aktivitas antibakteri yang tinggi (Iqbal, 2007).
e.        Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini mempunyai tanda khas yaitu banyak gugus fenol dalam molekulnya. Senyawa fenol dalam tanaman dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu asam fenol, flavonoid dan tanin. Flavonoid mempunyai fungsi memberi warna (merah, jingga, kuning dan hijau) dan rasa pada sayur-sayuran (Maulana, 2005). Flavonid termasuk senyawa polifenol yang banyak ditemukan pada tanaman teh (48%), bawang merah (29%) dan apel (7%). Flavonoid sebagai bagian dari senyawa polifenol juga mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Berdasarkan penelitian Alberto et al. (2006), efek antibakteri dari polifenol pada kulit apel dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada manusia yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan beberapa bakteri patogen lainnya. Penelitian lain menyebutkan bahwa aktivitas antibakteri dari polifenol pada fermentasi teh dapat melawan bakteri Streptococcus mutans (Sasaki et al., 2004). Mekanisme penghambatan antibakteri polifenol antara lain adalah dengan cara :
1.      Mengganggu pembentukkan dinding sel. Terjadinya akumulasi
senyawa antibakteri dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah, molekul fenol lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein dan dapat melarut pada fase lipid dari membran bakteri.
2.      Bereaksi dengan membran sel.
Komponen bioaktif fenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat serta menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel.
f.        Bakteri Escherichia coli (E. coli)
Escherichia coli (E.coli) ditemukan oleh Theodor Escherich adalah spesies utama bakteri gram negatif, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob dan termasuk dalam golongan Enterobacteriacea, mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat. Suatu stereotip tertentu bersifat patogen dan sering menyebabkan keracunan makanan. Bakteri ini sering menyebabkan gangguan
masalah kesehatan pencernaan yaitu diare, muntaber dan masalah pencernaan lainnya. Bakteri ini banyak terdapat pada tempat persiapan makanan melalui bahan baku dan masuk dalam makanan melalui tangan (Anonim.2008.B). Menurut Surono (2004), E.coli mempunyai pertumbuhan yang optimum pada pH 6 -7.
g.      Mutu Kimia Kefir
Kefir dapat dinilai berdasarkan mutu kimia sesuai SNI antara lain total asam, PH dan kadar alkohol. Ketiga parameter tersebut merupakan salah satu parameter susu fermentasi. Total asam pada kefir dihitung sebagai asam laktat. Asam merupakan metabolit primer dalam proses fermentasi kefir yang
dihasilkan dari pemecahan glukosa oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus sebagai bakteri homofermentatif (Azizah, 2004). Salah satu cara untuk memnentukan jumlah asam laktat adalah dengan metode titrasi. Titrasi merupakan cara analisis dengan mengukur jumlah larutan yang diperlukan untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapat dalam larutan lain (Ranggana, 1997).
Tingkat keasaman atau pH adalah jumlah konsentrasi ion H+ dalam larutan yang ditunjukkan dengan skala 1-14. Skala pH merupakan suatu cara yang tepat untuk menggambarkan konsentrasi ion-ion hidrogen dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion hidrogen,maka larutan semakin asam. Dalam proses fermentasi kefir, pH yang rendah mengindikasikan adanya akumulasi asam laktat (Azizah, 2004). Kadar Alkohol dalam kefir merupakan metabolit primer dalam proses fermentasi yang dihasilkan oleh khamir Candida kefir. Alakohol dihasilkan dari pemecahan glukosa. Kadar alkohol yang terbentuk
dalam fermentasi tergantung pada kandungan gula di dalam substrat, macam khamir, suhu fermentasi dan jumlah oksigen (Rahman et al,1992). Salah satu cara pengukuran kadar alkohol adalah dengan metode destilasi. Hasil destilasi ditimbang menggunakan alat yaitu piknometer (James, 1995).
























METODOLOGI
A.    Bahan Dan Alat
1.      Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang merah, susu sapi segar, glukosa, kultur murni dari bakteri Lactobacillus bulgaricus dan khamir Candida Kefir, yang diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan dalam analisis aktivitas antibakteri adalah Kultur bakteri E.coli, media Nutrient Agar (NA),kefir susu kacang merah. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis polifenol total adalah kefir susu kacang merah, reagen Folin–Ciocalteu, sodium karbonat jenuh, aquades, asam tanat. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis mutu kimia adalah kefir susu kacang merah, NaOH 0,1 dan indikator PP (Phenol Ptyalin).
2.       Peralatan
Alat yang digunakan untuk membuat starter adalah pemanas listrik, tabung reaksi, labu erlemeyer, pengaduk kaca, pipet ukur, timbangan analitik digital (Sartorius, Germany), otoklaf dan inkubator, beaker glass, corong, lampu bunsen dan aluminium foil. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan susu kacang merah adalah kompor gas, panci, blender, saringan, gelas ukur (Pyrex). Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan kefir susu kacang merah adalah labu erlemeyer 250 ml, timbangan analitik digital, gelas ukur 25 ml, lambu bunsen dan aluminium foil . Alat-alat yang digunakan dalam analisis aktivitas antibakteri adalah cawan petri, autoklaf, inkubator, jangka sorong, kertas cakram. Alat-alat yang digunakan dalam analisis polifenol total adalah labu ukur 100 ml, pipet ukur 1 ml, 5 ml dan 10 ml, gelas ukur 25 ml, aluminium foil, pipet, fortex dan spektrofotometer UV-Vis 1201. Alat-alat yang digunakan dalam analisis mutu kimia adalah biuret, labu erlemeyer, labu ukur 100 ml, pipet tetes, pipet ukur 10 ml, labu destilasi, piknometer, pH meter.
B.     Proses
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3 x 3 dengan 3 kali ulangan. Faktor I adalah lama fermentasi (18 jam, 21 jam dan 24 jam) dan Faktor II adalah konsentrasi glukosa (5%, 10% dan 15%). Dari kedua Faktor diperoleh kombinasi perlakuan seperti pada Tabel 4.pH kefir susu kacang merah yang diukur dengan menggunakan alat pH meter.Skala data : rasio.
C.     Diagram Alur
Alur pembuatan kefir adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Kerangka Teori (Gambar 3) dan Kerangka Konsep (Gambar 4), pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi beberapa faktor yaitu medium, mikroba, suhu, asam dan oksigen, lama fermentasi dan konsentrasi glukosa. Pertumbuhan mikroorganisme akan berpengaruh terhadap fermentasi kefir atau kefir yang dihasilkan. Tetapi peneliti membatasi pada faktor lama fermentasi dan konsentrasi glukosa. Kefir dapat dibuat dari susu sapi, susu kambing maupun susu nabati. Pada penelitian ini, dibuat kefir dari susu nabati yaitu susu kacang merah. Kualitas kefir yang dihasilkan dapat dilihat dari berbagai aspek baik mutu mikrobiologis, senyawa fungsional, mutu kimia, analisis proksimat dan mutu organoleptik. Pada penelitian ini, peneliti membatasi pada aspek mutu mikrobiologis yaitu dengan menganalisis aktivitas antibakteri, polifenol total serta mutu kimia dengan menganalisis total asam, kadar alkohol dan nilai pH.







PEMBAHASAN
A.    Aktivitas Antibakteri Kefir Susu Kacang Merah
Pengukuran aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar terhadap bakteri Escherichia coli karena bakteri ini merupakan bakteri patogen yang berkaitan erat dengan makanan terutama menyebabkan gangguan masalah pencernaan. Hasil pengukuran aktivitas antibakteri disajikan pada Gambar 6.
Berdasarkan Gambar 6, terjadi peningkatan aktivitas antibakteri setelah dilakukan fermentasi 24 jam pada konsentrasi glukosa 5%, 10% dan 15%. Hal ini diduga substrat mulai habis, sehingga Lactobacillus bulgaricus memproduksi senyawa antibakteri untuk mempertahankan kondisi fisiologisnya. Untuk mengetahui beda rerata aktivitas antibakteri kefir susu kacang merah, dapat dilihat pada Lampiran 3. Aktivitas antibakteri kefir susu kacang merah yang diukur dengan diameter zona bening adalah 0.30 mm -1,50 mm. Pada penelitian ini, sebelum fermentasi tidak terdapat aktivitas antibakteri. Dengan demikian aktivitas antibakteri dihasilkan setelah fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Iqbal (2007), bahwa kefir yang difermentasi secara anaerob dapat menghasilkan efek antibakteri. Penelitian kefir susu kacang merah juga dilakukan dengan kondisi anaerob. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 3), menunjukkan lama fermentasi dan konsentrasi glukosa berpengaruh nyata (p<0,05), serta interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi glukosa menunjukkan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap
aktivitas antibakteri. Lama fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, karena semakin mengetahui beda rerata aktivitas antibakteri kefir susu kacang merah, dapat dilihat pada Lampiran 3. Aktivitas antibakteri kefir susu kacang merah yang diukur dengan diameter zona bening adalah 0.30 mm -1,50 mm. Pada penelitian ini, sebelum fermentasi tidak terdapat aktivitas antibakteri. Dengan demikian aktivitas antibakteri dihasilkan setelah fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Iqbal (2007), bahwa kefir yang difermentasi secara anaerob dapat menghasilkan efek antibakteri. Penelitian kefir susu kacang merah juga dilakukan dengan kondisi anaerob. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 3), menunjukkan lama fermentasi dan konsentrasi glukosa berpengaruh nyata (p<0,05), serta interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi glukosa menunjukkan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap aktivitas antibakteri. Lama fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, karena semakin lama fermentasi, maka bakteri semakin aktif artinya berkembang biak, semakin banyak jumlahnya, sehingga mempunyai kemampuan untuk memecah substrat semakin besar. Pada lama fermentasi 18 jam, asam laktat yang dihasilkan sebagai metabolit primer masih terbatas, kemudian mengalami peningkatan pada lama fermentasi 21 jam dan asam laktat tertinggi adalah pada lama fermentasi 24 jam. Adanya akumulasi asam laktat menyebabkan penurunan pH. Asam laktat yang tinggi dan pH yang rendah mempunyai fungsi sebagai antibakteri yaitu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. E. coli digunakan sebagai efek penghambatan karena merupakan bakteri patogen yang tumbuh optimum pada pH 6 -7 (Surono, 2004). Pada lama fermentasi 24 jam, diduga substrat sudah mulai habis ( Fardiaz,1989), sehingga bakteri Lactobacillus bulgaricus yang dipakai dalam fermentasi kefir susu kacang merah, memecah substrat yang ada dalam tubuhnya yaitu dalam bentuk aktivitas
antibakteri (bacteriocin). Hal ini sesuai dengan penelitian pada antibiotik rifamycin yang dihasilkan oleh Amycolatopsis mediterranei (El Enshasy et al.,2008), bahwa aktivitas antibakteri dihasilkan pada fase decay. Konsentrasi glukosa berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, karena glukosa merupakan substrat yang mudah dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus dalam menghasilkan metabolit sekunder berupa aktivitas antibakteri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Todorov dan Dick (2007), bahwa aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh Lactobacillus pentosus ST71BZ optimum denganmedia yang ditambahkan 20-40 gram/liter glukosa. Interaksi antara lama fermentasi dan konsentrasi glukosa menunjukkan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap aktivitas antibakteri. Hal tersebut mempunyai arti lama fermentasi dan konsentrasi glukosa secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas antibakteri. Dalam penelitian ini aktivitas antibakteri paling besar/efektif adalah pada lama fermentasi 24 jam dan penambahan glukosa 5% yaitu 1,50 mm seperti beda rerata aktivitas antibakteri kefir susu kacang merah pada Lampiran 3. Hal tersebut di atas sejalan dengan penelitian Todorov dan Dick (2007), bahwa aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh Lactobacillus pentosus ST71BZ optimum setelah lama fermentasi 24 jam dengan media yang ditambahkan 20-40 gram/liter glukosa. Pada penelitian ini glukosa yang ditambahkan adalah 5% (10 gram/200 ml susu kacang merah) atau 50 gram glukosa dalam 1 liter susu kacang merah yang akan difermentasi.
B.     Polifenol Total Kefir Susu Kacang Merah
Pengukuran polifenol total dilakukan menggunakan reagen Folin-Ciocalteu dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 760 nm. Hasil pengukuran polifenol total disajikan pada Gambar 7.


Berdasarkan Gambar 7, pada konsentrasi glukosa 15% setelah difermentasi 21 jam polifenol total meningkat tajam, tetapi menurun pada lama fermentasi 24 jam. Hal ini diduga karena kondisi asam yang sesuai. Menurut Shahidi and Nack (1995), pembentukkan senyawa fenol melalui asam hidroksi sinamat dan asam ferulat memerlukan kondisi asam yang sedang dengan nilai pH 4 - 5. Pada lama fermentasi 21 jam, pH kefir susu kacang merah antara 4,09 – 4,16. Pada lama fermentasi 24 jam total polifenol menurun, karena proses dekarboksilasi oleh enzim ferulic acid reductase dan vinyl phenol reductase yang dihasilkan Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir tidak maksimal. Pada perlakuan lain, polifenol total hampir merata yaitu 0,0039 mg/ml- 0,0045 mg/ml dalam beda rerata polifenol total kefir susu kacang merah pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 3), menunjukkan perlakuan lama fermentasi dan konsentrasi  glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap polifenol total dan interaksi lama fermentasi dan konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05). Hal ini disebabkan polifenol merupakan metabolit sekunder, sehingga glukosa yang ditambahkan dimanfaatkan oleh Lactobacillus bulgaricus untuk menghasilkan metabolit primer berupa asam laktat. Glukosa oleh khamir Candida kefir diubah menjadi alkohol dan karbondioksida pada lama fermentasi tertentu. Selain itu polifenol dihasilkan karena adanya asam hidroksi sinamat yang teresterifikasi dalam dinding sel polisakarida kacang merah melalui aktivitas enzym yang dihasilkan oleh Lactobacillus bulgaricus dan Candida kefir. Berdasarkan pengukuran polifenol total sebelum fermentasi (0,00033 mg/ml), polifenol total susu kacang merah meningkat setelah mengalami fermentasi. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Katina et al. (2007) pada bran yang difermentasi dengan menggunakan bakteri asam laktat (BAL) menunjukkan peningkatan fenol total.
Peningkatan polifenol kefir susu kacang merah kemungkinan karena adanya dekarboksilasi asam sinamat (ferulic acid dan coumaric acid) membentuk 4 vinylphenol. Dekarboksilasi asam sinamat menjadi vinyl fenol terjadi karena aktivitas enzim vinyl phenol reductase yang dihasilkan oleh khamir (Beek and Priest, 2000). Lactobacillus memiliki pula kemampuan mendegradasi asam ferulat dan asam sinamat melalui aktivitas enzim ferulic acid reductase dan vinyl phenol reductase menjadi 4-vinyl phenol dan 4- vinyl guaiacol (Gawel, 2004). Kacang-kacangan termasuk kacang merah mempunyai kandungan asam hidroksi sinamat yang teresterifikasi dalam dinding sel polisakarida. Polifenol sebagai metabolit sekunder proses fermentasi kefir, mempunyai fungsi sebagai antibakteri. Pada penelitian ini lama fermentasi dan konsentrasi glukosa berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, tetapi tidak berpengaruh terhadap polifenol. Hal ini disebabkan pada aktivitas antibakteri yang besar (pada lama fermentasi 24 jam dan konsentrasi glukosa 5%) tidak menunjukkan polifenol total yang optimal (polifenol total tertinggi pada lama fermentasi 21 jam). Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri yang dihasilkan tidak hanya berasal dari polifenol, tetapi dari metabolit primer terutama asam laktat dan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh aktivitas starter seperti misalnya bacteriocin (Powel, J.E, 2006). Aktivitas antibakteri yang paling besar adalah pada lama fermentasi 24 jam dan konsentrasi glukosa 5% dengan total asam tertinggi (2,04%) dan pH terendah (3,94). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Surono (2004), bahwa aktivitas antibakteri dihasilkan selama fermentasi terutama asam laktat yang disertai
dengan penurunan pH. Adanya penurunan pH akan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli yang tumbuh optimum pada pH 6 -7. Polifenol dalam kacang merah adalah prosianidin (Anonim, 1997), merupakan turunan dari catechin. Catechin banyak terdapat dalam teh dan termasuk dalam flavanol (bagian dari flavonoid). Flavonoid merupakan kelompok polifenol yang mempunyai aktivitas
sebagai antibakteri (Purwo S, 2006). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alberto et al. (2006), bahwa efek antibakteri polifenol dari kulit apel dapat menghambat bakteripatogen pada manusia seperti E. coli dan Staphylococcus aureus. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sasaki et al. (2004) menyebutkan bahwa aktivitas antibakteri polifenol diperoleh dari proses fermentasi.
C.     Total Asam Kefir Susu Kacang Merah
Hasil pengukuran total asam yang dinilai sebagai total asam laktat disajikan pada Gambar 8.
Berdasarkan Gambar 8, total asam kefir susu kacang merah mengalami peningkatan setelah dilakukan fermentasi 24 jam. Hal ini disebabkan semakin lama fermentasi, mikroba semakin banyak jumlahnya, sehingga kemampuan menghasilkan asam laktat semakin tinggi. Hal tersebut sesuai dengan beda rerata asam laktat kefir susu kacang merah yaitu total asam laktat tertinggi adalah pada lama fermentasi 24 jam yaitu 2,04%. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 3), menunjukkanlama fermentasi berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap total asam kefir susu kacang merah, tetapi konsentrasi glukosa tidak
berpengaruh nyata (p>0,05) serta interaksi lama fermentasi dan konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap total asam kefir susu kacang merah.
Asam laktat merupakan salah satu metabolit primer yang dihasilkan dalam proses fermentasi. Menurut Rachman (1989), metabolit primer adalah senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dibutuhkan oleh mikroba tersebut untuk pertumbuhannya. Menurut Rahman (1992) Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri homofermentatif yang terutama memproduksi asam laktat. Lama fermentasi berpengaruh terhadap total asam, karena semakin lama fermentasi, Lactobacillus bulgaricus yang digunakan dalam proses fermentasi kefir susu kacang merah semakin aktif, berkembangbiak, sehingga kemampuan untuk memecah substrat sema banyak dan menghasilkan asam laktat yang semakin meningkat (Astawan, 2007). Total asam yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah antara 1,64% - 2,04%, sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (1992) yaitu 0,5% - 2%. Konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata terhadap total asam disebabka oleh kemampuan Lactobaccillus bulgaricus untuk memanfaatkan glukosa tersebut menjadi asam laktat. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Petry et al. (2000), bahwa Lactobacillus bulgaricus hanya dapat memanfaatkan glukosa sebanyak 2,0 – 3,5 gram/liter dalam fase eksponensial dan 8,0 gram/liter pada fase stasioner. Dengan demikian penambahan glukosa tidak berpengaruh terhadap asam laktat yang dihasilkan. Hasil uji LSD menunjukkan total asam pada lama fermentasi 18 jam berbeda nyata dengan 21 jam dan 24 jam (p<0,05). Hal ini disebabkan semakin la fermentasi semakin banyak asam yang dihasilkan dari pemecahan glukosa oleh Lactobacillus bulgaricus. Total asam pada lama fermentasi 18 jam adalah 1,64% (terendah), mengalami peningkatan pada lama fermentasi 21 jam dan 24 jam.Hasil uji selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
D.     pH Kefir Susu Kacang Merah
pH kefir susu kacang merah yang diukur menggunakan pH meter disajikan pada Gambar 9.
Berdasarkan Gambar 9, pH kefir susu kacang merah pada semua perlakuan mengalami penurunan setelah dilakukan fermentasi selama 24 jam. Hal tersebut berhubungan dengan total asam yang dihasilkan. Semakin lama fermentasi, mikroba berkembang biak semakin banyak jumlahnya, sehingga kemampuan menghasilkan asam laktat meningkat. Peningkatan asam laktat dapat diukur dengan penurunan pH. Hal ini sesuai dengan beda rerata pH kefir susu kacang merah yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 3), menunjukkan lama fermentasi berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap pH sedangkan konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05) serta interaksi lama fermentasi dan konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap pH kefir susu kacang merah dan Lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap pH, karena semakin lama fermentasi semakin banyak mikroorganisme yang aktif, berkembangbiak dan jumlahnya bertambah. Dengan bertambah banyaknya bakteri yang terbentuk dan berkembangbiak, maka kemampuan memecah substrat semakin baik, sehingga menghasilkan asam laktat yang lebih banyak. Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri akan diekskresikan keluar sel sehingga terakumulasi dalam cairan fermentasi (Astawan, 2007). Dengan meningkatnya jumlah asam dalam substrat, maka keasaman kefir meningkat. Peningkatan akumulasi asam dalam kefir diketahui dengan penurunan pH. Pada penelitian ini pH kefir susu kacang merah adalah 3,94 – 4,16. Konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata terhadap pH, karena jumlah mikroba yang ditambahkan dalam fermentasi kefir susu kacang merah adalah sama yaitu 10%, sehingga diduga dengan penambahan konsentrasi glukosa yang berbeda tidak berpengaruh terhadap kemampuan mikroorganisme untuk memanfaatkan glukosa tersebut menjadi asam laktat. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Petry et al. (2000), bahwa Lactobacillus bulgaricus hanya dapat memanfaatkan glukosa sebanyak 2,0 – 3,5 gram/liter dalam fase eksponensial dan 8,0 gram/liter pada fase stasioner. Dengan demikian penambahan glukosa tidak berpengaruh terhadap asam laktat yang dihasilkan. Adanya akumulasi asam laktat menyebabkan penurunan pH. Oleh karena itu konsentrasi glukosa tidak berpengaruh terhadap pH. Hasil uji LSD menunjukkan lama fermentasi 18 jam berbeda nyata dengan 24 jam dan lama fermentasi 21 jam berbeda nyata dengan 24 jam (p<0,05). Hal ini sesuai dengan jumlah total asam yang dihasilkan pada lama fermentasi tersebut. Semakin lama fermentasi semakin banyak asam yang terakumulasi menyebabkan penurunan pH. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

E.     Kadar Alkohol Kefir Susu Kacang Merah
Hasil pengukuran kadar alkohol yang dilakukan dengan metode destilasi disajikan pada Gambar 10.
                
Berdasarkan Gambar 10, kadar alkohol kefir susu kacang merah meningkat pada lama fermentasi 21 jam, tetapi mengalami penurunan setelah dilakukan fermentasi 24 jam. Hal ini sesuai dengan beda rerata kadar alkohol kefir susu kacang  merah pada Lampiran 3. Kadar alkohol kefir susu kacang merah berkisar antara 0,47%-0,78%, kadar alkohol tertinggi pada perlakuan lama fermentasi 21 jam dengan konsentrasi glukosa 10% dan kadar terendah pada semua perlakuan lama fermentasi 24 jam. Berdasarkan hasil uji Anova (Lampiran 3), menunjukkan lama fermentasi berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kadar alkohol, tetapi konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05) serta lama fermentasi dan konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar alkohol kefir susu kacang merah. Lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar alkohol karena semakin lama fermentasi semakin banyak mikroorganisme yang aktif, dalam hal ini adalah khamir Candida kefir. Menurut Rahman (1989), khamir akan memecah gula sederhana menjadi alkohol dan karbondioksida. Dalam pembentukkan etanol/alkohol, mula-mula terjadi pemecahan glukosa menjadi asam piruvat. Asam piruvat mengalami dekarboksilasi menjadi acetaldehida. Acetaldehida tereduksi menjadi etanol . Khamir merupakan mikroorganisme heterofermentatif, yaitu mampu mengubah substratmenghasilkan lebih dari satu senyawa. Hal ini diduga, pada lama fermentasi tertentu, dalam penelitian ini adalah 24 jam, kandungan total asam yang tinggi dari Lactobacccillus bulgaricus akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang melakukan proses fermentasi termasuk khamir Candida kefir. Dengan demikian Candida kefir tidak dapat memecah substrat seperti pada awal fermentasi, sehingga kemampuan Candida kefir untuk menghasilkan alkohol mulai menurun setelah lama fermentasi 24 jam. Kadar alkohol pada penelitian ini adalah 0,47%-0,78%. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Surono (2004), bahwa kadar alkohol kefir adalah 0,5% -1,0%.
Konsentrasi glukosa tidak berpengaruh nyata terhadap kadar alkohol, karena jumlah mikroba yang ditambahkan dalam fermentasi kefir susu kacang merah adalah sama yaitu 10%, sehingga diduga dengan penambahan konsentrasi glukosa yang berbeda dan jumlah starter sama, maka tidak berpengaruh terhadap kemampuan mikroorganisme dalam hal ini adalah khamir Candida kefir untuk memecah substrat/glukosa tersebut menjadi alkohol/etanol. Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Rachman (1989), bahwa mikroba (aktivitas mikroba), termasuk jumlahnya mempunyai peran yang penting dalam kemampuan memecah substrat. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan oleh Petry et al.(2000), bahwa Lactobacillus bulgaricus hanya dapat memanfaatkan glukosa sebanyak 2,0 – 3,5  gram/liter dalam fase eksponensial dan 8,0 gram/liter pada fase stasioner. Diduga keterbatasan kemampuan ini juga terdapat pada khamir, sehingga dengan penambahan glukosa 5%, 10% dan 15% tidak berpengaruh terhadap kadar alkohol. Hasil uji LSD pada Tabel 7 menunjukkan kadar alkohol pada lama fermentasi 18 jam berbeda nyata dengan 21 jam (p<0,05) dan lama fermentasi 21 jam berbeda nyata dengan 24 jam (p<0,05). Hal ini disebabkan bahwa pada lama fermentasi 21 jam menunjukkan kadar alkohol tertinggi dan pada lama fermentasi  jam kadar alkohol mengalami penurunan.



SIMPULAN
Lama fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri dan mutu kimia (total asam, pH, kadar alkohol) kefir susu kacang merah, tetapi tidak berpengaruh  terhadap total polifenol kefir susu kacang merah. Konsentrasi glukosa berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri kefir susu kacang merah, tetapi tidak berpengaruh terhadap total polifenol dan mutu kimia (total asam, pH, kadar alkohol) kefir susu kacang merah.Aktivitas antibakteri paling besar adalah pada   lama fermentasi 24 jam dengan konsentrasi glukosa 5% yaitu 1,50 mm. Polifenol total kefir susu kacang merah mengalami peningkatan setelah dilakukan fermentasi. Total asam kefir susu kacang merah meningkat setelah fermentasi 24 jam, sedangkan pH mengalami penurunan. Kadar alkohol kefir susu kacang merah meningkat pada lama fermentasi 21 jam dan mengalami penurunan pada lama fermentasi 24 jam.
Kefir Meiliki nilai giji lebih tinggi dibandingkan dengan produk fermentasi yang lain. Kandungan alkohol dan lemak yang rendah menjadi daya tarik tersendiri bagi kefir di dalam pemasaran. Selain itu kefir dari kacang merah ini baik untuk kesehatan tubuh terutama bagi orang yang mempunyai kadar kolesterol tinggi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar